SERU! Cinta Yang Mati Di Tepi Takdir



Embun pagi merayap di kelopak Peony, selembut sentuhan jemari Li Wei pada wajah terlelap Mei Lan. Sebuah kelembutan yang PASTI akan segera memudar.

Li Wei, pewaris tunggal keluarga Li yang ternama, hidup dalam labirin kebohongan yang dia bangun sendiri. Di mata dunia, dia adalah pria sempurna: tampan, kaya, dan berhati mulia. Namun, di balik senyum menawannya, tersembunyi sebuah rahasia kelam. Mei Lan, gadis desa polos dengan mata secerah bintang, adalah korban dari kebohongannya.

Dua tahun lalu, Li Wei menabrak ayah Mei Lan hingga tewas. Alih-alih mengakui kesalahannya, dia justru mendekati Mei Lan, berpura-pura mencintai dan melindunginya, menutupi jejak dosanya dengan emas dan janji-janji palsu.

Mei Lan, yang dilanda duka dan kemiskinan, menerima uluran tangan Li Wei. Dia jatuh cinta pada pria yang dianggapnya penyelamat, tidak menyadari bahwa dia tengah menari di atas kuburan ayahnya.

Namun, kebenaran memiliki caranya sendiri untuk terungkap. Seorang detektif swasta, disewa oleh teman lama ayah Mei Lan, mulai mengendus kejanggalan. Dia menemukan bukti-bukti yang mengarah pada Li Wei.

Setiap petunjuk yang ditemukan detektif itu, terasa seperti belati yang menghujam jantung Mei Lan. Kebahagiaannya perlahan terkikis, digantikan oleh kecurigaan yang menyakitkan.

"Wei, benarkah kau terlibat dalam kematian ayahku?" tanya Mei Lan suatu malam, suaranya bergetar.

Li Wei menatap mata Mei Lan, matanya berkilat panik. "Jangan percaya omong kosong itu, Lan. Aku mencintaimu. Aku tidak akan pernah menyakitimu."

Tetapi, kata-kata itu terasa hampa. Kebohongan telah menciptakan tembok tebal di antara mereka.

Mei Lan memutuskan untuk mencari kebenaran sendiri. Dengan bantuan detektif, dia menemukan rekaman CCTV yang membuktikan Li Wei adalah pelaku tabrak lari. DUNIANYA runtuh seketika.

Pada malam Festival Lentera, Mei Lan menghampiri Li Wei di balkon rumah mereka, tempat di mana mereka sering menghabiskan waktu bersama. Lampu-lampu lentera berkedip-kedip di langit, menciptakan ilusi keindahan yang menipu.

"Kau... kau membunuh ayahku," bisik Mei Lan, air mata mengalir deras di pipinya.

Li Wei tidak bisa menyangkal. "Aku... aku melakukan itu untukmu, Lan. Aku tidak ingin kau menderita. Aku ingin melindungimu."

Mei Lan tertawa getir. "Melindungiku dengan kebohongan dan kematian? Kau sungguh keji."

Dia mengeluarkan botol kecil dari balik gaunnya. Cairan bening di dalamnya adalah racun mematikan yang didapatkannya dari apoteker kenalan detektif itu.

"Ini adalah cinta yang kau berikan padaku, Wei. Cinta yang mati di tepi takdir."

Dengan SENYUM setenang embun pagi, Mei Lan menuangkan racun itu ke dalam cawan teh Li Wei.

Li Wei menatap Mei Lan, matanya penuh penyesalan. Dia meminum teh itu tanpa ragu.

Mei Lan membiarkan Li Wei meregang nyawa di hadapannya, tidak ada air mata, tidak ada amarah. Hanya kehampaan.

Dia berbalik, meninggalkan Li Wei di balkon yang diterangi lampu lentera, dan melangkah menuju fajar yang suram. Balas dendamnya tenang, sempurna, dan menghancurkan.

Di tangannya, Mei Lan menggenggam sebuah surat wasiat. Sebuah wasiat yang akan mengungkap semua kebohongan Li Wei, memastikan namanya tercoreng selamanya. Dan dalam wasiat itu, terukir satu nama: nama seorang wanita yang akan mewarisi semua harta Li Wei, seorang wanita yang dia cintai, tetapi tidak akan pernah tahu kebenaran.


Di kejauhan, sebuah melodi sendu dari Erhu mengalun, seolah meratapi nasib dua jiwa yang terjerat dalam takdir tragis. Akankah kebenaran akan benar-benar membebaskan atau justru menghancurkan lebih dalam?

You Might Also Like: 156 Campaign Label Wise Cool Pictures

Post a Comment

Previous Post Next Post