Cerpen Keren: Aku Menunggu Pagi, Tapi Yang Datang Hanya Kabar Kematianmu.



Aku Menunggu Pagi, Tapi yang Datang Hanya Kabar Kematianmu

Hembusan angin di Lembah Bunga Persik terasa menusuk tulang, meski matahari menggantung tinggi di langit. Aku, Lin Wei, gadis desa yang kabarnya memiliki indra keenam, duduk termenung di bawah pohon Linglong, pohon yang konon menyimpan memori para dewa. Setiap hari aku menunggu. Menunggu pagi. Menunggu… dia.

Kabut tipis menari di sekitar kakiku, membawa bisikan-bisikan aneh. Penggalan-penggalan ingatan yang bukan milikku. Istana megah, jubah sutra, senyum manis yang kini terasa menjijikkan. Dulu, aku seorang putri. Putri Lan, yang mati diracun di hari pernikahannya.

Setiap malam, mimpi itu datang. Pangeran Zhao, tunanganku, menuangkan cairan berkilauan ke dalam cawanku. Senyumnya begitu tulus, begitu… berbahaya. Dulu, aku percaya padanya. Dulu, aku mencintainya.

"Lin Wei! Ada berita dari kota!" teriak Bibi Mei, memecah lamunanku. "Pangeran Zhao… dia meninggal dunia!"

Jantungku berdebar kencang. Kematian Pangeran Zhao? Apa ini? Balas dendam dari kehidupan lampau? Atau… hanya kebetulan?

Seiring berjalannya waktu, ingatan itu semakin jelas. Bukan hanya Pangeran Zhao yang terlibat. Ada Bai Lian, sahabatku, selirnya yang diam-diam mencintai Zhao. Dia yang memberikan racun itu pada Zhao. Dia yang bersekongkol untuk merebut takhtaku.

Bai Lian… nama itu bergema di kepalaku, dipenuhi amarah yang membara. Tapi, aku bukan lagi Putri Lan. Aku Lin Wei, gadis desa biasa. Aku tidak bisa membalas dendam dengan pedang atau racun.

Tapi, aku punya sesuatu yang lebih kuat: pengetahuan.

Ketika tawaran untuk menjadi penasihat spiritual keluarga kerajaan datang, aku menerimanya tanpa ragu. Mereka tidak tahu siapa aku sebenarnya. Mereka tidak tahu bahwa di dalam diri Lin Wei, bersemayam Putri Lan yang haus keadilan.

Di istana, aku melihat mereka. Anak-anak Pangeran Zhao. Penerus darahnya. Aku bisa saja menghancurkan mereka, satu per satu. Tapi, itu terlalu mudah. Terlalu cepat.

Aku memilih jalan lain. Aku membimbing mereka, mempengaruhi keputusan mereka, menanamkan nilai-nilai yang akan membentuk kerajaan mereka di masa depan. Aku memastikan bahwa kerajaan yang dibangun atas dasar pengkhianatan dan kebohongan akan hancur dari dalam.

Keputusanku sederhana, namun fatal. Aku tidak membalas dendam dengan darah, melainkan dengan mengubah takdir. Aku memilih untuk membangun masa depan yang lebih baik, meskipun masa lalu terus menghantuiku.

Saat mentari pagi merekah, menerangi Lembah Bunga Persik, aku merasakan kedamaian yang aneh. Pangeran Zhao sudah mati. Bai Lian… nasibnya tidak lagi penting. Yang penting adalah masa depan.

Aku tahu, reinkarnasi bukanlah akhir. Ini hanyalah sebuah jeda, sebuah napas panjang sebelum babak selanjutnya dimulai.

Mungkin, di kehidupan selanjutnya, kita akan bertemu lagi, Pangeran Zhao… dan saat itu, aku tidak akan lagi menjadi Putri Lan yang naif.

You Might Also Like: Reseller Skincare Bimbingan Bisnis

Post a Comment

Previous Post Next Post