Cinta yang Lahir di Zaman yang Salah
Babak 1: Bunga Persik di Musim Dingin
Zhe Yan berdiri di bawah pohon persik yang anehnya berbunga di tengah musim dingin. Salju perlahan menumpuk di bahunya, namun matanya terpaku pada kelopak merah muda yang kontras dengan putihnya salju. Aroma manis menyeruak, familiar, namun tak mampu ia ingat dari mana asalnya.
"Bunga persik di musim dingin… Tidak Mungkin." Bisiknya.
Ia adalah seorang pemuda biasa, seorang arsitek yang sukses di Shanghai modern. Namun, sejak mimpi-mimpi aneh itu datang, ia merasa seperti orang asing di tubuhnya sendiri. Mimpi tentang istana megah, jubah sutra, dan suara seruling yang menghantui.
Di seberang jalan, seorang wanita berdiri, menatap pohon yang sama. Mei Lan, seorang pelukis muda yang tengah berjuang mencari jati dirinya. Ada kesedihan mendalam di matanya, seperti laut yang menyimpan rahasia kelam. Saat mata mereka bertemu, waktu seolah berhenti. Dejavu yang kuat, seolah mereka telah saling mengenal selama ABADI.
Babak 2: Gema Seruling dari Masa Lalu
Pertemuan itu mengubah segalanya. Zhe Yan merasa tertarik pada Mei Lan seperti gravitasi. Ia mulai mencari tahu tentang mimpi-mimpinya, menemukan catatan sejarah tentang seorang pangeran yang dikhianati dan seorang selir yang dituduh berkhianat seratus tahun lalu. Kisah cinta yang berakhir dengan darah dan pengkhianatan.
Mei Lan, di sisi lain, mulai melukis. Lukisan-lukisan itu bukan karyanya, melainkan gambaran adegan-adegan dari masa lalu—istana yang megah, taman persik yang sama, dan seorang pria dengan mata yang sama dengan Zhe Yan. Setiap lukisan terasa seperti KENANGAN yang diungkap perlahan.
Suatu malam, saat hujan turun dengan deras, Zhe Yan mendengar suara seruling dari apartemen Mei Lan. Nada yang sama seperti dalam mimpinya. Ia berlari ke sana, dan menemukan Mei Lan duduk di balkon, memainkan seruling tua yang terasa anehnya familiar.
"Dari mana kau mendapatkan seruling itu?" Tanyanya, tercekat.
"Aku… aku tidak tahu. Aku menemukannya di loteng rumah tua nenekku. Aku merasa… aku harus memainkannya." Jawab Mei Lan, dengan mata berkaca-kaca.
Babak 3: Janji Berdarah
Semakin mereka mencari tahu, semakin jelas hubungan mereka di masa lalu. Zhe Yan adalah Pangeran Rui, pewaris tahta yang dicintai rakyatnya. Mei Lan adalah Lian Hua, selirnya yang dituduh berkhianat dan dihukum mati karena bersekongkol dengan musuh. Sebuah janji berdarah diucapkan saat Lian Hua menghembuskan napas terakhirnya: Aku akan kembali. Aku akan menemuimu. Dan aku akan membuatmu membayar atas pengkhianatanmu.
Namun, kebenaran yang sebenarnya jauh lebih kompleks. Lian Hua tidak bersalah. Ia dijebak oleh Kaisar, kakak Pangeran Rui, yang menginginkan tahta dan Lian Hua untuk dirinya sendiri. Pangeran Rui, karena dibutakan oleh amarah dan hasutan, mempercayai fitnah itu dan menjatuhkan hukuman mati pada wanita yang dicintainya. Sebelum meninggal, Lian Hua, dalam hatinya yang terdalam, MENGAMPUNI sang pangeran.
Babak 4: Balas Dendam yang Hening
Di kehidupan ini, Zhe Yan tidak menginginkan balas dendam. Ia ingin menebus kesalahannya. Ia ingin Lian Hua, Mei Lan, tahu kebenaran. Ia mengumpulkan bukti, mengungkap intrik politik di masa lalu yang melibatkan keluarga Kaisar. Ia membawa semua bukti itu ke hadapan keluarga Kaisar, keturunan dari orang yang telah memisahkan mereka.
Mereka menolak. Mereka mengancam. Namun, Zhe Yan tetap tenang. Ia tidak membalas dengan kemarahan, melainkan dengan KEHENINGAN. Ia menyerahkan semua bukti itu ke publik. Skandal itu mengguncang keluarga Kaisar, menghancurkan reputasi mereka.
Mei Lan, melihat ketenangan dan pengorbanan Zhe Yan, akhirnya mengerti. Ia mengerti bahwa dendam tidak akan membawa kedamaian. Ia mengerti bahwa cinta sejati adalah tentang pengampunan.
Babak 5: Bunga Persik di Musim Semi
Musim semi tiba. Pohon persik di taman mekar dengan indah. Zhe Yan dan Mei Lan berdiri berdampingan, menatap bunga-bunga itu.
"Aku… aku mengerti sekarang." Kata Mei Lan, dengan suara pelan. "Kau tidak perlu meminta maaf. Aku sudah memaafkanmu seratus tahun yang lalu."
Zhe Yan memegang tangannya. Akhirnya, setelah seratus tahun, mereka menemukan kedamaian.
Saat mereka berbalik untuk pergi, angin bertiup, membawa aroma bunga persik dan sebuah bisikan: " Janji… telah ditepati… "
You Might Also Like: Distributor Skincare Modal Kecil Untung