Di antara gemerlap lentera yang menyala di atas Sungai Abadi, di mana pantulan bintang menari bersama riak air, hiduplah dua dunia yang terjalin: dunia manusia dan Alam Roh. Li Wei, seorang pemuda dengan tatapan yang menyimpan lautan kesedihan, mendapati dirinya terlempar ke persimpangan dua takdir.
Kematiannya di dunia manusia, sebuah tragedi yang terukir dalam ingatannya seperti goresan pahit di batu nisan, ternyata bukanlah akhir. Melainkan, permulaan. Di Alam Roh, ia terbangun dengan nama baru: Yulan. Bayangan-bayangan di sana berbisik kepadanya, bukan kata-kata penghiburan, melainkan fragmen-fragmen rahasia yang tersembunyi. Bulan, sang saksi abadi, seolah mengingat namanya, membisikkannya dalam hembusan angin yang membawa aroma bunga sakura dan petir.
"Yulan… Yulan… Ingatlah," desis bayangan yang menari di dinding Kuil Kuno.
Alam Roh adalah labirin keajaiban dan pengkhianatan. Yulan, dengan insting yang dipandu oleh kekuatan takdir yang belum ia pahami, bertemu dengan Bai Lian, seorang Bidadari Bulan yang anggun dan misterius. Bai Lian mempesonanya dengan senyumannya yang bagaikan mentari pagi, dan matanya yang menyimpan rahasia Alam Semesta. Bai Lian membimbing Yulan melalui hutan mimpi dan sungai jiwa, mengajarinya cara mengendalikan energi roh dan menghadapi makhluk-makhluk yang menghuni dunia yang kacau ini.
Namun, di balik keindahan dan keajaiban, terselip sebuah konspirasi. Lentera-lentera yang menyala di Sungai Abadi, yang seharusnya menjadi penunjuk jalan, ternyata memancarkan aura yang menyihir dan memanipulasi. Bisikan-bisikan dari bayangan semakin mengganggu, mengungkapkan bahwa kematian Li Wei bukanlah sebuah kecelakaan. Ia telah diatur, menjadi pion dalam permainan yang lebih besar, sebuah rencana yang terjalin di antara dunia manusia dan roh.
"Kematianmu adalah kuncinya, Yulan," bisik bayangan yang kali ini terasa lebih dekat, lebih mengancam.
Yulan mulai meragukan segalanya. Cinta yang ia rasakan untuk Bai Lian, apakah itu tulus, atau sekadar ilusi yang diciptakan untuk mengendalikannya? Siapakah dalang di balik semua ini? Siapa yang menginginkan kematian Li Wei dan kelahiran Yulan?
Ia menemukan jawabannya di dalam PERPUSTAKAAN FORBIDDEN. Di sana, tersembunyi di balik halaman-halaman usang, terukir kisah tentang perang abadi antara dua faksi di Alam Roh: golongan yang ingin menjaga keseimbangan dan golongan yang haus kekuasaan. Kematian Li Wei, terungkap, adalah rencana golongan haus kekuasaan untuk membuka gerbang antara dunia manusia dan roh, melepaskan kekacauan ke dunia yang damai.
Dan Bai Lian?
Bai Lian, dengan senyum manisnya dan bimbingannya yang anggun, ternyata adalah putri dari pemimpin golongan haus kekuasaan!
PENGKHIANATAN!!!
Namun, ada twist lain yang MEMBAKAR hatinya. Ternyata, Bai Lian jatuh cinta pada Li Wei, bukan Yulan. Cinta Bai Lian begitu DALAM, hingga ia berusaha menyelamatkannya dari rencana ayahnya. Ia-lah yang mengirim Li Wei ke Alam Roh, memberinya kesempatan kedua sebagai Yulan. Tapi, ia terpaksa berpura-pura tunduk pada ayahnya, sambil diam-diam mencari cara untuk menghentikannya.
Di tengah peperangan sengit, di antara bentrokan energi roh dan jeritan putus asa, Yulan dan Bai Lian berdiri berhadapan. Cinta dan tugas, takdir dan pilihan, beradu di mata mereka.
"Aku… aku mencintaimu, Li Wei… Yulan… siapapun kamu," bisik Bai Lian, air mata membasahi pipinya.
Yulan, dengan air mata yang sama, menggenggam erat tangan Bai Lian. Mereka tahu, satu-satunya cara untuk menghentikan kekacauan adalah dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Mereka bersama-sama menyalurkan energi roh mereka, menutup gerbang antara dunia manusia dan roh, mengunci golongan haus kekuasaan di dalam kegelapan abadi.
Di saat-saat terakhir mereka, Yulan akhirnya mengerti. Yang mencintai adalah Bai Lian, dan yang memanipulasi takdir adalah dirinya sendiri, kekuatan cintanya yang melampaui batasan kehidupan dan kematian.
Seiring dengan padamnya lentera terakhir di Sungai Abadi, hanya satu kalimat menggantung yang tertinggal, beresonansi di keheningan: "Bunga yang gugur akan mekar kembali, di bawah bulan yang sama, di atas sungai yang sama…"
You Might Also Like: 144 St Augustine Weekend Travel Guide